Sunday, August 5, 2007

Belajar Mancing

Lagi-lagi masalah budget. Namanya juga produser, urusan sehari-hari tidak lebih dan tidak kurang selalu budget. Lagi ngobrol santai pun, biasanya curhat masalah yang sama. Sebisa mungkin teman ngobrol dan minum kopinya digilir supaya nggak dimusuhi, karena dianggap membosankan lantaran selalu mendendangkan lagu yang sama.

Bukan cerita baru kalau khayalan agency board tidak sesuai dengan budget klien yang tersedia. "Big ideas, small money." Bukan berarti ide yang bagus tidak bisa dieksekusi dengan anggaran terbatas... Ide yang bagus akan tetap jadi bagus apabila diperlakukan dengan sepantasnya. Tapi tidak berarti story board action-hero dari helikopter, melompati gedung, gunung dan menyeberangi lautan lalu pacaran di malam hari bisa dilaksanakan sama baiknya dengan budget sama dengan story board anak kecil makan permen di ruang tamu. Kalau ada produser PH yang bilang bisa, mungkin sebaiknya anda pikir-pikir lagi menggunakan/bekerja di PH tersebut.

Beberapa saat yang lalu ada sebuah board "berkeliaran" di pasaran untuk layanan super- ekslusif sebuah bank terkemuka. Strategi komunikasi yang satu ini ditujukan untuk menggaet nasabah kakap dengan uang tanpa seri, kaya raya dan bonafide. Tapi biaya yang klien "rela" keluarkan hanya setara (... bagus kalau setara, lebih kecil malah) dengan iklan motor seharga kurang dari 10 juta rupiah. Rupanya para praktisi terkemuka para klien tidak pernah belajar memancing. Penggunaan umpan yang tepat jadi urusan belakangan.

Biang keladi "salah umpan" ini adalah para perusahaan telekomunikasi dan makanan siap saji yang punya produk berbeda setiap bulannya. Yang penting bagi mereka, informasi tentang promo belanja terkini bisa sampai pada penonton sehingga uang masuk ke kantong mereka lebih cepat. Toh, iklannya hanya akan tayang 2 minggu...ngapain menghabiskan uang banyak-banyak untuk produksi? Akhirnya sistem produksi seperti ini diberlakukan ke seluruh produksi iklan. Sama rata, sama rasa. Mengingatkan pada iklan mobil bekas jaman dulu di US atau Australia; gambar puluhan mobil berbagai warna di latar belakang dan wajah si salesman extreme close -up sambil ngoceh nggak karuan.

Nampaknya sekarang punya budget produksi yang sesuai dengan hasil yang didapatkan, yang sesuai dengan nilai produk yang dijajakan, sudah tidak model lagi. Yang penting adalah mencapai hasil sebesar- besarnya dengan ongkos yang sekecil-kecilnya. Bagian produksi semua lini PH ditawar habis-habisan. "Bisa deh... kan produksi kemarin juga segini." Padahal produksi yang kemarin hanya sekadar shooting produk di studio, dan yang ini shooting di Bromo.

Akhirnya kita hanya bisa melantur kiri kanan, "Lha wong cuma umpan cacing tanah, kok minta ikan raksasa!"

No comments: