Sunday, November 25, 2007

Bagaimana Bisa Bersaing?

Dalam kesempatan untuk berkompetisi untuk sebuah job regional, terlihat bahwa biaya produksi TVC di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi dibandingkan dengan Malaysia, Singapura dan Thailand. Pikiran pertama yang muncul adalah, "Tidak mungkin! Sumber daya manusia dan biaya hidup lebih murah di Indonesia daripada negara2 tersebut di atas!" Salah besar. Kru film Indonesia adalah salah satu yang termahal di antara negara ASEAN.

Kok bisa?? Masalah utama produksi di Indonesia adalah penggunaan konsep "Padat Karya" - alias gotong royong; semuanya cenderung dilakukan beramai-ramai. Rejeki dibagi ramai-ramai, demi kesejahteraan ramai-ramai. Ya, shooting juga akhirnya ramai-ramai. Masih bingung? Silakan lihat pemaparan di bawah ini.

Art Department
Untuk sebuah shooting di Thailand, biasanya hanya dibutuhkan 4 orang kru art department. Di sini, minimal ada 6-8 orang, mulai dari runner hingga prop master. Fee per orang pun lebih tinggi daripada Thailand.

Belum lagi kalau set yang digunakan besar. Bisa ditemukan 15-20 orang anggota set builder tidur selama shooting berlangsung, di belakang set yang mereka bangun. Judulnya sih standy-by, kalau-kalau ada perubahan set mendadak ataupun perlu menggeser set.

Lighting
Di Malaysia dan Singapura, sebuah produksi cukup menggunakan 1 orang Gaffer dan 2-3 Best Boys. Indonesia hanya memiliki sedikit Gaffer sungguhan, sehingga dibutuhkan kru lebih banyak. Kalau lampu yang digunakan lebih besar, meski jumlah lebih sedikit, krunya harus lebih banyak. Atas dasar gotong royong ini, seorang "Chief" jarang mendelegasikan pekerjaan, dan lebih sering mengerjakan semua sendiri. Anak buah yang malas tinggal duduk dan ngopi, sementara "Chief" mengumpat sendirian.

Transportasi dan Konsumsi
Tentunya semua orang banyak ini perlu diberi makan dan tumpangan kendaraan. Biaya untuk sewa mobil dan makanan pun semakin bertambah.

Biaya Tersembunyi
Semakin banyak orang yang terlibat dalam sebuah produksi pasti akan menambah komponen biaya tersembunyi yang harus ditanggung. Kemungkinan mark up meningkat, biaya rokok dan makan siang selama persiapan pun semakin menggelembung.

Indonesia adalah negara dengan 220 juta penduduk yang diberkati dengan lokasi indah dan banyak lagi. Apa yang akan terjadi bila Indonesia memasuki pasar bebas? Bagaimana PH lokal bisa bersaing dengan rekannya di pasar regional bila keadaan seperti ini terus berlangsung? Apa yang harus kita lakukan untuk menyongsong masa depan persaingan bebas? Apakah Indonesia akan semakin tertinggal di kancah penghargaan internasional?

Waktunya bertindak.

1 comment:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Impressora e Multifuncional, I hope you enjoy. The address is http://impressora-multifuncional.blogspot.com. A hug.