Thursday, December 20, 2007

Hibernasi APFII

APFII sekarat kita sudah lama dengar. APFII mati gaya itu berita yang sudah tidak pernah dibicarakan lagi. APFII dibekukan karena kurang dana? Itu berita lama yang patut jadi pemikiran bersama.

Banyak orang punya ide brilian, tapi hanya mereka yang punya ketekunanlah yang bisa membuatnya menjadi besar. Seringkali 'ide bagus' itu over-rated dan akhirnya hanya tinggal jadi kenangan. Sebagai sebuah ide, terbentuknya APFII merupakan sebuah cetusan brilian. Meskipun dianggap agak terlambat, banyak pihak menyambut APFII dengan gembira. Tiba-tiba banyak hal yang selama ini menjadi mimpi para pekerja film Indonesia, punya sarana untuk mungkin menjadi kenyataan.

Tapi apa yang terjadi selama 2 tahun mulai dari lahirnya APFII, hingga saatnya ia mati suri? Dimana salahnya? Mengapa sebuah ide mulia bisa berakhir begitu saja? Ada beberapa hal yang patut dicatat:

1. Tujuan Pendirian Asosiasi
Terlepas dari rangkuman kata-kata indah tujuan lahirnya APFII, sebuah organisasi harus mempunyai rencana nyata dalam rangka mencapai tujuannya. Tujuan harus dilihat sebagai rencana jangka panjang dengan pelaksanaan bertahap.

Saat berbicara dengan beberapa orang anggota APFII, tidak ada koherensi jawaban mengenai tujuan dan langkah nyata organisasi ini. Ada pelatihan, ada pencanangan peraturan demi melindungi tenaga kerja dalam negeri, semuanya tumpang tindih tanpa kematangan pemikiran.

2. Realita di Lapangan
Tenaga kerja perfilman Indonesia sudah terlalu lama berjalan sendiri tanpa aturan. Tidak ada standar harga, tidak ada jam kerja. Semua pekerja adalah tuan bagi dirinya sendiri. Asas keadilan yang dipakai adalah asas adil kala menguntungkan. Regulasi menuntut sebuah standard dan komitment kepatuhan; keduanya harus berjalan seiring. Proteksi jam kerja maksimum tidak bisa dijalankan apabila pekerja tidak mau dikenakan standarisasi harga. Standarisasi harga tidak akan diterima apabila pekerja tidak mendapat keuntungan dari padanya.

3. Waktu
Seringkali kita lupa bahwa ide brilian membutuhkan waktu. Sama seperti ide bagus dari agensi yang terpaksa dieksekusi dengan 'begitu-begitu saja' karena kendala waktu. Kultur 'fast-food' serba instan, tanpa sadar dijadikan patokan. Proses tidak lagi dilihat sebagai pembelajaran, tapi hanya sebagai waktu yang terbuang tanpa hasil.

Tulisan ini bukanlah kritik atas tim APFII yang selama ini sudah bekerja keras melakukan sesuatu. Bagaimanapun, inisiatif mereka perlu diacungi jempol. Organisasi ini toh belum mati, hanya tidur sementara mengumpulkan energi. Seperti layaknya beruang kutub yang mampu mengkondisikan dirinya dalam hibernasi, mudah-mudahan waktu tidur panjang ini sekaligus menjadi proses belajar bersama dalam kerendahan hati, untuk mencapai utopia bagi semua pekerja film Indonesia. Tanpa pretensi dan tanpa agenda tersembunyi.

=======================================

Baru dengar berita APFII, Asosiasi Perkerja Film Iklan Indonesia, segera sebagai status non aktif. Berikut adalah email.
-------

Rekan pengurus, & stock holder perintis organisasi

Sebagaimana diketahui angka kas APFII terus defisit, selama 2 tahun ini kita memakai sisa uang hasil konggres untuk biaya operasional dan over head cost sejumlah kurang lebih 4 juta per bulan ( tidak termasuk biaya sewa kantor dan peralatan inventaris - yang merupakan sumbangan saya pribadi ).
Adapun iuran anggota sudah habis untuk asuransi dan sedikit penambalan biaya gaji sdr. "H" sebagai tenaga sekretariat. Sebagai info terakhir dari Bendahara, sdr. "I", laporan kas tinggal kurang lebih 5 juta rupiah.

Projection tahun depan, saya merencanakan pindah kantor ke tempat yang lebih murah, dengan perincian :
- Mencari kontrakan dengan biaya antara 25 - 30 juta setahun.
- Biaya operasional tetap 4 - 5 juta setahun.
Dan selama 2 bulan terakhir saya mencoba menggali fund raising,namun sejauh ini hanya ada kontribusi dari saudara-saudara "I2", "L", "T" dan "H2" dengan total Rp 20 juta. Memang sesuatu yang tidak bisa dipaksakan.

Bulan Januari sewa kantor sudah habis, dan karena satu alasan saya tidak bisa lagi menanggung beban sewa kantor secara pribadi.
Untuk itu dengan sangat menyesal saya harus membekukan organisasi yang kita cintai sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Untuk sementara dana talangan sebesar 20 juta akan saya simpan di rekening APFII.
Bendahara dalam waktu dekat akan bekerja sama dengan auditor sumbangan rekan sdr "H3" untuk mengeluarkan laporan yang sudah bisa dilihat awal bulan Januari.

Mohon maaf jika keputusan saya seolah membuat semangat yang selama ini kita kumandangkan menjadi surut. Bagaimanapun kita tidak bisa naive bahwa menjalankan organisasi butuh dana. Seperti pepatah jawa Jer Basuki Mawa Bea

Maju APFII


teriring salam

No comments: