Tuesday, September 25, 2007

Mengenang Masa Lalu

Katanya hanya orang tua yang suka mengenang masa lalu. Dimana semuanya terasa lebih indah, lebih menyenangkan, lebih efisien tanpa ada yang tahu apakah memori itu nyata atau sekedar romantisme semata. Beberapa saat yang lalu, saya bertemu dengan seorang produser senior, yang sudah berkecimpung di industri ini lebih dari 20 tahun. Pembicaraan kami tanpa sadar bergerak mundur ke masa lalu...

Q: Sori Bang, ini ada agensi minta ketemu mendadak mau nge-brief. Ada-ada saja, jam segini baru minta meeting suruh masukin quotation jam 8 pagi besok. Memangnya bikin quotation tinggal merem? Dia mau aku nggak tidur kali!

A: Iya, memang sekarang agency suka kasih brief seenaknya. Dulu biasanya kita terima brief tertulis lengkap dengan informasi tentang brand, target market, strategi yang sudah dijalankan, tujuan yang hendak dicapai untuk TVC yang satu ini. Kita juga diberikan info tentang kompetitor, latar belakang kreatif, juga benang merah strategi perusahaan keseluruhan.

Q: Wah, enak banget? Jadi kita mikirnya nggak asal siapa yang ada schedule aja ya?

A: Iya! Kita approach director juga lebih enak, karena informasinya lengkap. Director tinggal mikir enaknya board ini mau diapain, paling mentok telpon2an sama creative director dan tim kreatif. Dari ngobrol singkat saja, agency bisa punya bayangan, kira-kira director ini nyambung atau enggak dengan ide yang ingin disampaikan. Nggak kayak sekarang, sedikit-sedikit suruh director bikin treatment.

Q: Itu memang paling menyebalkan. Padahal kita juga tahu kalau kita ini cuma dijadikan perbandingan saja. Kan nggak enak sama director. Belum kalau mereka ditanya budget klien dan jawabannya, unlimited deh. Nggak mungkin!!! Mana ada??

A: Betul itu! Dulu kita selalu mendapat indikasi budget. Kalau nominalnya jelas, director juga punya batasan berpikir secara kreatif, dan kita juga tahu alokasi tim produksi seperti apa. Klien malah seharusnya lebih untung karena berarti anggarannya dihabiskan dengan seefisien mungking tanpa membuang-buang waktu, tawar menawar, ganti director karena budget nggak cukup.

Q: Iya, sayang sekali semuanya sudah tidak dilakukan sekarang. Dulu ya, Bang? Dulu?!

Pembicaran terhenti. Kami berdua diam terpekur menatap kepulan asap yang keluar dari mulut masing-masing.


Penggambaran 'dulu' ternyata memang lebih indah. Kapan ya 'dulu' berubah jadi 'sekarang'?

No comments: